Mulai Usaha Modal 500 Ribu Kini Omzetnya Miliaran Sebulan


Berkembang pesat dalam waktu singkat dan memiliki potensi besar untuk pengembangan lebih lanjut. Itulah usaha modal kecil kue Lapis Sangkuriang Bogor yg dibangun oleh Rizka Romadhona (29), yang melaju memenangkan kontes untuk Wanita Wirausaha Mandiri versi majalah Femina tahun 2013.

Di balik lezatnya kue lapis tersebut, itu merupakan usaha rumahan yang menjanjikan hasil dedikasi, kerja keras, visi, dan cara pengelolaan yg baik sehingga dia bisa menghasilkan peluang untuk usaha menjadi lebih besar lagi.

Mengasah Naluri Usaha Mulai Sejak Masih Jadi Karyawan

Sore itu, di Jalan Padjadjaran Bogor, gerai kue Lapis Sangkuriang, tampak penuh sesak wisatawan. Anehnya, meskipun dikatakan produk habis terjual dan akan ada lagi pada jam 2 siang, para pengunjung tidak bergerak keluar dari toko. Meskipun untuk itu pelanggan rela harus menunggu sampai satu jam. "Penuh sesak tiap hari seperti ini," ujar Rizka, si pemilik usaha.

kue lapis bogor

Apa yang unik tentang usaha modal kecil kue lapis ini, yang membuatnya diminati orang sampai sedemikian rupa? Warna kuning dan ungu lapisan kue bertabur keju memang lezat dan lembut. Uniknya, dibuat dengan tepung talas sebagai bahan pokoknya.

Seperti kita ketahui, talas adalah jenis makanan kecil yang sering ditemukan di kota Bogor. Bisnis Rizka seperti souvenir dari Bogor, dengan kotak kemasan yang dirancang khusus dan apik. Dalam kemasan juga ada lokasi wisata di Bogor, untuk kemasan produk edisi Green Tea bahkan termasuk peta Bogor di dalamnya.

Siapa sangka, seorang wanita jatuh dalam bisnis makanan ini adalah lulusan Institut Teknologi Elektronik (ITS) Surabaya. Sebagai sarjana, dia pernah kerja di perusahaan komunikasi bagian teknik listrik. Jabatan terakhirnya pengelola proyek. "Dari awal saya telah secara teratur menjual apa pun yang bisa dijual, seperti pakaian. Kemudian, ketika saya bekerja di kantor, saya jual bakso," kenang wanita kelahiran Surabaya, 15 Juni 1984 ini.

Dilakoninya order-oleh-order saat bekerja mulai jam 9 pagi sampai 5 sore, Rizka memulai usaha modal kecil dengan suami, Anggara Kasih Nugroho Jati (29) yg juga alumnus dari ITS, mulai menghitung. "Jualan secara paruh waktu saja menghasilkan pemasukan lumayan cukup besar, apalagi jika dilakukan secara penuh," pikirnya. Itulah alasan, kenapa dia terjun secara full time bisnis jualan bakso.

Selain membuka stan dengan ukuran 2x3 meter di pusat perbelanjaan, serta memberi pasokan bakso ke penjual lain. Sayangnya, setelah sekitar 3 tahun beroperasi, omzet perusahaan terus menurun setelah mitra satu per satu menutup outlet mereka maka Rizka terpaksa juga menutup usahanya. Waktu itu, dia juga menderita kerugian sehingga harus menjual mobil, sepeda motor operasional dan masih ada tunggakan cicilan rumah sampai 4 bulan yang sudah jatuh tempo.

Dalam kondisi serba kekurangan, suami dan dirinya mencari akal untuk merintis usaha modal kecil baru. Akhirnya terpikirlah melirik bisnis souvenir. Di mata Rizka, Bogor adalah kota wisata yang potensial. Tentu saja, setiap akhir pekan selalu ramai orang jalan-jalan ke Puncak. Ini adalah salah satu kesempatan besar untuk bekerja di bisnis pariwisata.

"Karena saya dari Surabaya, saya terkesan dengan lapis Surabaya. Kemudian terpikirlah untuk membuat kue lapis Bogor," kata Rizka yang mengaku tidak lihai memasak. Sejak itu, Rizka mencoba praktek membuat kue lapis hasil resep dari ibunya dan berusaha keras sampai berhasil.

Ide membuat kue sudah diperoleh. Selain itu, Rizka berupaya agar kue lapisnya dari bahan-bahan lokal asli Bogor. "Tak sedikit makanan khas Bogor, ada peyeum, talas, ubi jalar panggang juga. Kami mencoba untuk menaikkan nilai talas lebih baik lagi," Rizka, yang memulai usahanya dengan modal 500 ribu dan alat mixer milik mertuanya .

Kunci Sukses: Efisiensi dan Inovasi

Memperkenalkan produk makanan baru kepada masyarakat merupakan pekerjaan rumah yang lumayan berat. Konsumen pertama dari usaha rumahan yang menjanjikan ini ialah tetangga, teman dekat dan teman pengajian. Selain pesanan dari teman-teman, Rizka juga lapisnya pasar terus menerus ke instansi pemerintah.

Rizka memahami, sebagai pengusaha modal kecil pemula, sangat penting untuk memulai jaringan. Dia sering mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Dari hubungan itu, ia bisa masuk ke dalam jaringan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Rizka juga menerima lisensi untuk membuka stan jualan di hotel atau restoran di daerah Puncak saat ada acara diklat atau meeting dari instansi pemerintah.

Rizka juga ikut training dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) untuk memperbaiki desain kemasan. Sampai akhirnya, dia membuka toko kecil sendiri pada bulan Desember 2011, di Jl. Sholeh Iskandar, Bogor. Sekarang, dia memiliki 2 toko, yakni di Jl. Pajajaran dan Rumah Makan Raffles di Puncak, Bogor.

Ketika pertama kali dibuka, nama kue Lapis Bogor masih asing buat masyarakat. Awalnya mereka hanya tahu lapis legit Surabaya. "Kami telah memperkenalkan talas Bogor kepada masyarakat dengan bahan dari talas dan mereka semakin menyukai produk lapis buatannya,” katanya.

Pada saat usaha kecil semakin sulit, tantangan berikutnya adalah manajemen sumber daya manusia. Dia banyak merekrut anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah sebab tidak mampu. Menurutnya, proporsi anak jalanan dan lulusan sekolah dasar dan menengah pertama yg menjadi karyawannya sebanyak 77%. Sisanya adalah lulusan SMK dan ibu rumah tangga. "Kami ingin memberdayakan orang di sekitar yang memiliki potensi, tetapi tidak dapat bekerja di perusahaan formal karena terkendala rendahnya pendidikan," kata Rizka.

Kendala saat mengatur pekerja membuatnya hampir putus asa dan bisnis terancam bangkrut. Atas saran teman, ia memutuskan untuk menggunakan layanan konseling manajemen reorganisasi. Hasil ini tidak hanya membantu untuk mengelola sumber daya manusia, tetapi juga berhasil dalam mengelola kelangsungan produksi.

Ungkapan bahwa guru terbesar ialah pengalaman. "Kami mulai untuk memperbaiki organisasi dengan membuat SOP (prosedur operasi standar), matriks kapasitas staf, dan KPI (key performance indicators) bagi karyawan. Semua kita lakukan dari pengalaman bisnis bakso," ujar Rizka, yang juga sedang menyelesaikan tesis S-2 jurusan Bantuan Manajemen Agribisnis Bogor (IPB).

Pengalamannya sebagai karyawan di posisi manajer, mengajarkan bagaimana mengelola orang. Selain perbaikan manajemen dan membangun budaya kerja yang kondusif untuk 114 karyawan, Rizka juga bekerja efektif di semua bagian.

"Semuanya memiliki catatan. Misalnya, setiap 1 gram keju juga, berapa kali harga keju. Jika kita tidak memiliki catatan seperti itu, maka bisa jadi masalah baru." Dia selalu memegang sebuah prinsip, "Percaya baik namun pemeriksaan lebih baik" dalam memantau kinerja karyawan.

Keahliannya di bidang teknik listrik tidak sia-sia. Dia bisa merancang tenaga listrik dan pengaturan mereka sendiri untuk pabrik baru. Serta keahlian untuk melakukan program komputer, Rizka dapat merancang software khusus untuk melayani pelanggan sendiri.

Sebuah pelajaran didapatkan, Rizka mencoba untuk tidak menggunakan pinjaman untuk menambah modal usaha kecil miliknya. "Di masa lalu, kita diajarkan untuk mencari dana dengan menggunakan kartu kredit. Namun demikian terjerat sendiri. Setiap hari dikejar oleh penagih utang. Sekarang, bisnis murni menggunakan uang dari keuntungan. Saat ini, enggan menggunakan pinjaman kecuali untuk hipotek melalui toko atau pabrik,” ujarnya.

Dari ukuran jumlah produk rumahan yang dihasilkan setiap hari, perusahaan modal kecil ini bisa mencapai 4.300 kotak per hari, dengan masing-masing dijual seharga 25 – 30 ribu. Dari bisnis modal 500 ribu, maka kini penjualan perusahaan mencapai miliaran rupiah per bulan. Ini belum memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi. Itu sebabnya dia memberlakukan pembelian terbatas kepada pelanggan, maksimal 5 kotak atau bahkan hanya 2 kotak pada akhir pekan. "Pagi baru buka langsung ludes terjual dan baru buka lagi jam 2 siang. Itupun ada pelanggan tak kebagian," kata Rizka, menyesalkan.

Berikut ini adalah hukum alam, bisnis yang sukses akan selalu diikuti oleh pesaing. Sekarang ada delapan kompetitor/pesaing kue lapis Bogor. "Namun saya tidak takut bersaing dari kualitas produk dan pelayanan," katanya, yang produknya telah disertifikasi halal oleh P-IRT (Produksi Pangan Industri Rumahan).

Kerjasama dengan IPB, ia juga mengembangkan produk menjadi lebih sehat, tanpa bahan pengawet dan kebersihan dipertahankan. Rizka juga berusaha mencapai kapasitas produksi sampai 12 ribu per harinya di tahun ini.

Anda ingin menambah penghasilan Anda? Memulai kerja sampingan dari rumah bisa menjadi solusi. Ibu juga punya banyak waktu untuk lebih dekat dengan bayi. Berikut adalah hal-hal untuk perhatian Anda.


1. Pilih kepentingan bisnis dan kemampuan yang tepat. Dengan rasa cinta atau antusiasme maka uang akan mengikuti. Menggali minat dan kemampuan sebagai dasar dan ketentuan untuk memulai bisnis.

2. Mengidentifikasi bagaimana pasar. Jika pangsa pasar adalah berskala kecil, maka Anda dapat menjual dengan memberikan contoh produk. Jika jangkauan pemasaran lebih luas, Anda dapat menggunakan jaringan sosial.

3. Menggunakan ekuitas. Ketika memulai usaha rumahan yang menjanjikan, Anda dapat menggunakan bukan modal utang. Sumber modal bisa diperoleh dari penjualan aset berharga yg menganggur di rumah.

4. Buat pembukuan sederhana. Pembukuan harus dilakukan secara teratur dan rapi tersimpan dalam komputer dan penyimpanan. Tidak sedikit ibu rumah tangga yg memiliki usaha modal kecil di rumah, sering lalai melakukannya sehingga bisnisnya tidak menguntungkan sebab tidak ada manajemen yang bagus.

5. Pisahkan antara rekening tabungan rumah tangga dan bisnis. Ketika memulai sebuah usaha, membuat sebuah rekening bank untuk bisnis secara terpisah. Anda bisa mulai dengan saldo 1 juta dan jangan gunakan uang ini untuk kebutuhan atau pengeluaran pribadi. [sumber dan foto: http://wanitawirausaha.femina.co.id/].